Menelusuri Jejak Islam di Kutub Utara
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali ke wilayah di dekat Kutub Utara. Dakwah Islam sampai ke sana dibuktikan dengan keberadaan komunitas Muslim dan masjid yang telah berdiri di sana. 
Komunitas Muslim di daerah dekat Kutub Utara telah tumbuh dan berkembang, di antaranya di Inuvik, kota Arktik di Wilayah Barat Laut Kanada. Dilansir di Al Arabiya, Mayoritas Muslim di Inuvik berasal dari Sudan dan beberapa dari Mesir, Yordania, Lebanon dan Palestina.
Muslim Arab pertama yang tinggal di Inuvik adalah Talal al-Khateeb, pria keturunan Suriah yang tiba di sana pada 1982. Ia juga dianggap sebagai orang terkaya di komunitas kecil di Inuvik. 
Komunitas Islam di Inuvik memang kecil awalnya, hanya sekitar 100 anggota. Sebelumnya, keluarga Muslim di Inuvik kerap mengirim anak-anak mereka ke tempat lain di Kanada, karena di kota Inuvik tidak ada masjid atau pusat pendidikan Islam. Namun, seiring dengan berkembangnya komunitas Muslim di sana, kebutuhan akan masjid yang lebih besar pun kian terasa.
Masjid pun kemudian dibangun komunitas Muslim di sana. Namun, kenyataannya membangun masjid di Kutub Utara jauh lebih rumit daripada di tempat lain. Masjid di Inuvik bisa berdiri setelah melewati perjalanan yang cukup rumit dan panjang dari wilayah lain di Kanada.
Masjid berdiri di Inuvik berkat bantuan dari dari Zubaidah Tallab Foundation. Yayasan ini adalah badan amal yang berbasis di Manitoba, provinsi di Kanada. Masjid dibangun di Winnipeg, kota di Kanada, lalu dikirimkan ke Inuvik. Ini dipandang sebagai cara paling ekonomis, di mana masjid dibangun di tempat lain dan kemudian dikirim ke Inuvik dengan melewati perjalanan darat sejauh 2400 km dan sebagian perjalanan di atas air (sungai) sejauh 1800 km. Masjid ini mulai menempuh perjalanan darat dan air pada Agustus 2010.
Masjid seluas 1.500 kaki persegi itu diangkut dengan menggunakan kendaraan pengangkut barang berat (semi-trailer), lalu dibawa dengan tongkang (ponton) untuk sampai ke tujuan. Tongkang tiba di Inuvik pada 24 September 2010, setelah menempuh perjalanan selama tiga pekan yang luar biasa. Namun, butuh sekitar satu bulan agar masjid yang terbuat dari kayu itu siap digunakan. 
Seorang tukang kayu dari St. Catherines, Ontario, Fathallah Fargat terinspirasi oleh kisah itu dan lantas mendatangi Inuvik untuk membantu mendirikan masjid. Ia juga membantu membangun menara setinggi 10 meter dengan tanda bulan sabit di bagian atas menara masjid. 
Masjid Matahari Tengah Malam (Midnight Sun Mosque), seperti yang kini dijuluki, diresmikan pada 10 November 2010 di Wolverine Road. Masjid Inuvik ini menjadi masjid paling utara di belahan bumi yang terletak di Amerika Utara.
Bangunan masjid terdiri dari ruang dapur, sebuah perpustakaan, dan ruang bermain anak. Ruang shalat utama di masjid ini dibagi menjadi beberapa bagian untuk area pria dan wanita. Ruang utama untuk shalat dihiasi dengan karpet merah yang mewah, yang disumbang dari seorang pria di Dubai. Selain sebagai tempat ibadah, Masjid di Inuvik ini juga berfungsi sebagai bank makanan (food bank) untuk membantu warga yang tinggal di wilayah utara bumi ini. 
Selain di Inuvik, komunitas Muslim di Iqaluit, Nunavut, Kanada, juga telah mewujudkan mimpi mereka untuk mendirikan masjid pertama di wilayah itu. Wilayah Nunavut ini membentuk sebagian besar Kepulauan Arktik Kanada.
Gagasan untuk membangun masjid di Nunavut dimulai ketika Syed Asif Ali, seorang insinyur yang lahir di Pakisan yang tinggal di Toronto, ditawari pekerjaan untuk memeriksa ketel uap di Iqaluit. Daerah yang tidak memiliki masjid itu mendorong Syed untuk berinisiatif membangun masjid di sana. 
Di sana, Syed juga membantu mendirikan Masyarakat Islam Nunavut pada 2009. Mereka kemudian memulai proses rumit untuk membangun masjid. 
Tidak mudah untuk membangun masjid di wilayah jauh di utara bumi tersebut. Sebagian besar bahan bangunan harus didatangkan dari wilayah lain dan mereka juga harus menentukan lokasi yang cocok serta mendapatkan izin bangunan. 
Asosiasi Islam Nunavut kemudian bekerja sama dengan Zubaidah Tallab Foundation untuk meminta sumbangan dana dalam rangka membangun masjid tersebut. Setelah melewati proses panjang, pembangunan masjid di Nunavut dimulai pada 2014 dan masjid secara resmi dibuka pada 2016.
Dilansir di CBC, Hussain Gusti dari Yayasan tersebut mengatakan bahwa kehadiran masjid tersebut akan mendorong lebih banyak keluarga Muslim pindah ke ibukota Nunavut, Iqaluit. Bangunan masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga untuk pusat komunitas dan tempat mempelajari Islam. Selain itu, masjid ini juga mengoperasikan sebuah bank makanan. 
Komunitas Muslim di Iqaluit terus berkembang. Menurut Syed, Muslim di sana ada yang berasal dari Libya, Pakistan, Maroko dan daerah lainnya. Sementara itu, beberapa penduduk setempat yang menikah dengan Muslim pun kemudian menjadi mualaf. Populasi Muslim di Iqaluit sendiri sudah beragam. Mereka ada yang berprofesi sebagai insinyur, dokter, guru, pegawai pemerintah, dan sopir taksi.
Sumber : https://khazanah.republika.co.id/berita/pzsbsd313/menelusuri-jejak-islam-di-kutub-utara